Return airway adalah jalur pembuangan yang membawa udara kotor dari area kerja kembali ke sistem pembuangan, biasanya menuju kipas utama atau titik pelepasan di permukaan. Jalur ini mengumpulkan udara yang telah melewati area produksi dan pengembangan, sehingga kandungan debu, panas, dan gas umumnya lebih tinggi dibanding jalur intake. Karena itu, return airway harus dipisahkan dengan ketat dari jalur intake agar udara segar tidak terkontaminasi.
Perencanaan return airway berfokus pada kelancaran pembuangan dan kestabilan tekanan. Penampang jalur, panjang lintasan, dan hambatan tambahan seperti pintu dan penghalang akan membentuk resistansi yang memengaruhi debit total jaringan. Jika resistansi return airway meningkat akibat penyempitan penampang atau penumpukan material, kipas harus bekerja lebih keras dan debit pada cabang tertentu dapat turun. Oleh sebab itu, pemeliharaan kondisi fisik return airway menjadi bagian penting dari manajemen ventilasi.
Kebocoran pada return airway dapat menimbulkan dampak serius. Udara kotor yang bocor ke jalur intake atau area layanan akan menurunkan kualitas udara dan meningkatkan paparan pekerja. Kebocoran juga dapat menyebabkan aliran “jalan pintas” yang mengganggu distribusi udara, sehingga beberapa area menerima debit kurang dari target. Pengawasan rutin terhadap penghalang, pintu, dan sambungan penyangga membantu mencegah masalah ini, terutama pada lokasi percabangan atau dekat titik perubahan tekanan yang besar.
Pengukuran tekanan dan debit di titik kunci return airway membantu memastikan jalur pembuangan bekerja sesuai rencana. Jika terjadi perubahan mendadak, evaluasi jaringan perlu dilakukan untuk menemukan penyebabnya, seperti perubahan konfigurasi tambang atau kerusakan penghalang. Dengan return airway yang terkelola baik, pembuangan polutan menjadi lebih efektif, kualitas udara di area kerja lebih terjaga, dan sistem ventilasi dapat beroperasi secara aman dan stabil.